PINTU HIDAYAH
Malam itu, seorang laki-laki muda pergi ke arena sabung ayam. Tak terhitung berapa kali ia mengunjungi arena judi tersebut.
Ia seolah tidak peduli dengan agama sehingga hampir sebagian besar waktunya diisi dengan kenistaan, mabuk-mabukan, judi hingga sabung ayam seperti halnya malam itu.
Malang bagi pemuda itu. Malam itu, arena judi sabung ayam yang ia datangi digerebek orang kampung dan pihak keamanan. Pemuda itu tidak tinggal diam, ia lari tunggang-langgang tanpa arah menyelamatkan diri dari kejaran orang-orang.
Di tengah ketakutannya sampailah ia di tepi sungai dan tanpa pikir panjang pemuda itu terjun ke sungai. Lantaran tidak muncul-muncul ke permukaan, orang-orang yang mengejarnya mengira pemuda itu telah meninggal di dalam sungai.
Orangtua pemuda itu sebenarnya sudah pasrah jika anaknya tertangkap. Melihat tingkah anaknya selama ini, mereka seolah sudah tidak mempedulikan anaknya.
Tak disangka, pemuda itu masih bisa selamat lantaran ia terjatuh di tempat yang ditumbuhi tanaman kangkung. Ia bertahan hidup di dalam air setelah bernapas menggunakan batang kangkung yang arahkan ke permukaan sungai.
Setelah keadaan aman, pemuda itu lalu menepi. Begitu sampai di tepi sungai, ia mendengar suara azan dari masjid di seberang. Azan yang berkumandang pada situasi saat itu rupanya menyentuh hatinya dan menuntunnya meraih pintu hidayah.
Seusai mendengar azan, pemuda itu bergegas pulang. Ia kemudian salat Subuh. Setelah itu, ia bergegas mendatangi orangtuanya.
“Saya minta maaf,” ujar pemuda itu kepada orangtuanya.
Permintaan maaf itu tentu saja mengejutkan orangtuanya. Mereka yang selama ini sudah pasrah dengan kenalakan anaknya tidak menyangka anaknya tiba-tiba berubah. Padahal, siangnya anaknya masih berbuat sesukanya tanpa aturan dan menjengkelkan. Namun, Subuh itu berubah.
Setelah meminta maaf, pemuda itu meminta kepada orangtuanya dikirim belajar agama. Tentu saja permintaan itu langsung dikabulkan dan pemuda itu akhirnya dikirim ke Mesir.
Sejak saat itu hidupnya berubah, ibadahnya semakin rajin dan tekun mendalami agama hingga menjadi ulama terkenal yang kharismatik dan cukup disegani serta menjadi salah satu ulama ahli falak Indonesia.
Pemuda itu bernama Jamil Jambek, ulama pembaharu Tanah Minang. Meskipun beragama Islam namun kehidupan mudanya kala itu jauh dari tuntunan agama. Karena kenakalannya, orangtuanya bahkan sudah tidak sanggup mengatasi anaknya.
Kisah itu menurut Wakil Ketua Muhammadiyah, Subari, memberi banyak hikmah di antaranya.
Pertama, orangtua dan guru ketika melihat dan menghadapi seorang anak yang nakal dan terjerumus dalam kubangan dosa hendaknya tidak membenci anak tersebut. Sebaliknya, orangtua dan guru harus selalu sabar dalam membina anaknya meskipun dalam keadaan nakal sekalipun serta jangan berhenti berdoa.
Percayalah bahwa Allah SWT masih membuka pintu hidayah yang bisa datang kapan pun dan tanpa perkiraan seperti yang dialami Jamil Jambek, meraih hidayah setelah selamat dari incaran maut dan mendengar suara azan. Kumandang azan mungkin bisa didengar setiap hari namun dalam keadaan tertentu seperti yang dialami Jamil Jambek kala itu, suara azan bisa menggetarkan hatinya.
Menghadapi anak nakal, orangtua jangan bosan melakukan usaha persuasif. Walau bagaimana pun anak merupakan tanggung jawab orangtuanya atau guru yang mendidiknya,
Kedua, kisah Jamil Jambek bisa menjadi teladan bagi para pembuat maksiat. Ketika berbuat maksiat, iman seseorang ibarat terbang dan biasanya dalam keadaan tersebut, orang yang berbuat maksiat cenderung sering menantang bahkan mengabaikan hidayah.
Hidayah itu bisa datang kepada siapa saja, ketika hidayah itu datang ikutilah,
Ketiga, tidak ada kata terlambat bagi seseorang untuk memperbaiki diri atau membina diri menjadi manusia yang baik, alim dan bermanfaat meskipun sebelumnya hidup dalam gelimang dosa.
Begitu juga, tidak ada kata terlambat bagi seseorang untuk menuntut ilmu. Tak peduli tua muda, asalkan tekun dan sungguh-sungguh akan berhasil seperti yang terjadi pada Jamil Jambek.
Jamil menjadi orang alim bahkan kealimannya juga menurun kepada anaknya. Salah satu anaknya, KH Sa’aduddin Jambek dikenal sebagai ulama dan ahli falak yang membuat jadwal salat abadi.